Senin, 03 Januari 2011

Artikel ILmu Budaya Dasar

ILMU BUDAYA DASAR

Pendahuluan :
Mata kuliah IBD adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan tentang berbagai masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya sehari-hari. Diharapkan mata kuliah ini dapat menjadi semacam lingua franca atau bahasa pemersatu bagi para akademisi dari berbagai lapangan ilmiah. Dengan memiliki satu bekal yang sama diharapkan agar para akademisi dapat lebih lancer berkomunikasi. Kelancaran berkomunikasi ini selanjutnya akan memperlancar proses pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh para cendikiawan dari berbagai lapangan keahlian.
Dengan mendapat mata kuliah IBD mahasiswa diharapkan natinya memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudaaan Indonesia pada umumnya dan menimbulkan minat mendalaminya lebih lanjut, agar dengan demikian mahasiswa diharapkan turut mendukung dan mengembangkan kebudayaannya sendiri dengan kreatif. Salah satu sifat penting mata kuliah ini ialah bahwa IBD bukan pelajaran sastra, bukan filsafat, bukan sesuatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sesuai dengan namanya Ilmu Budaya Dasar, kuliah ini hanya memberikan dasar-dasar yang cukup kuat kepada mahasiswa untuk mencari hubungan antara segala segi kebudayaan dalam hubungan usaha yang terus mencari kebenaran, keindahan, kebebasan, dalam berbagai bentuk, serta hubungannya dengan alam semesta, Tuhannya, masyarakatnya dan juga penemuan dirinya sendiri. Pendeknya dalam mencari hidup yang dirasanya lebih bermakna. Ini tentu menyangkut sikap moral yang diharapkan memperlengkapi mahasiswa dengan pengalaman luas yang padu yang akan membimbingnya kearah pembentukan ukuran-ukuran, rasa dan nilai-nilai dengan tidak bergantung pada orang lain.
Jadi secara singkat dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapatkan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memeperlihatkan, minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan di luar lingkungannya, menelaah apa yang dikerjakannya dan mengapa.
Kesadaran akan pola-pola nilai yagn dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari
Kerelaan memikirkan kembali dengan hati terbuka nilai-nilai yang dianutnya untuk mengetahui apakah dia secara berdiri sendiri dapat membenarkan nilai-nilai tersebut untuk dirinya sendiri
Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasanya sudah dapat diterimanya dengan penuh tanggungjawab dan sebaliknya menolak nilai-nilai yang tidak dibenarkannya.
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurkan pembentukan sarjana.
Pendidikan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas:
1. Kemampuan akademis; adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sitematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemecahannya
2. Kemampuan professional; adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
3. Kemampuan personal ; adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, dan tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Dengan seperangkat kemampuan yang dimilikinya lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadai sarjana yang cakap, ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat.Indonesia dan umat manusia pada umumnya.
Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
a. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah.
b. Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
c. Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataankenyataanyang bersifat unik, kemudian diberi arti. Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya
mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat:
v Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
v Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Denganmemiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.

Budaya Indonesia


Budaya Lokal dalam Penanganan Bencana


“Kendati keanekaragaman sistem sosial budaya di Indonesia telah dikenal lama, namun cenderung diabaikan dan bahkan mulai dilupakan oleh sebagian masyarakat, termasuk kalangan pemerintah. Salah satu bukti bahwa pemerintah telah melakukan distorsi terhadap keanekaragaman sistem sosial-budaya adalah perencanaan program pembangunan dari atas (top down planning) – Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si.
Budaya lokal yang ada di masyarakat sesungguhnya merupakan basic dari pola pembangunan nasional. Dimana pada umumnya budaya lokal atau kearifan lokal memiliki akar kuat di masyarakat baik pada sistem sosial maupun kondisi lingkungan secara umum. Budaya bercocok tanam misalnya selalu terkait dengan wilayah dimana budaya itu berkembang yakni pada daerah yang memiliki areal pesawahan atau perkebunan yang potensial. Hal ini terkait dengan bagaimana dan latarbelakang dari terciptanya sebuah kebudayaan. Pada hakekatnya lahirnya sebuah kebudayaan dipengaruhi selain oleh faktor manusianya juga faktor alam atau lingkungannya, secara tegasnya budaya adalah tercipta dari hasil interaksi manusia dengan alam tempat tinggalnya.
Mengenai kaitan antara pembangunan dan kebudayaan lokal. Seorang ekonom Amerika, Joseph E. Stiglitz mengatakan : “Pembangunan itu merupakan suatu transformasi oleh masyarakat, suatu perubahan dari hubungan-hubungan tradisional, cara berpikir dan pola tindak tradisional dalam melaksanakan bermacam kegiatan ke arah yang lebih "modern."
Terkait dengan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, peranan budaya lokal banyak dilupakan. Padahal dalam UU No.24 Tahun 2007 yang mengatur mengenai penanggulangan bencana disebutkan bahwa adanya prinsip pemberdayaan dan tujuan untuk menghargai budaya lokal dan mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan.


Kealpaan atau bahkan terpinggirkannya peran budaya lokal pada penanganan maupun pencegahan dari bencana-bencana yang ada, seperti banjir misalnya, bisa dilihat pada beberapa kasus bencana. Kita sering dihadapi sebuah pemberitaan bahwa ada sikap saling menyalahkan antara aparatur pemerintah dalam hal penangan bencana. Dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi hinggga pemerintahan pusat saling lempar bola dan akhirnya bola itu jatuh pada sebuah titik bernama tidak atau kurangnya dana.
Contoh terdekat yang bisa saya ambil adalah pada penanganan bencana banjir di daerah Karawang bagian utara, yang telah merendam sekitar tujuh kecamatan dan mengakibatkan gagal panen karena hektaran sawah dan tambak milik warga yang diterjang banjir. Dari kasus itu, kita tentunya tahu bahwa banjir terkait dengan buruknya sistem irigasi dan adanya gangguan pada irigasi ini adalah identik dengan polusi terutama sampah baik organik maupun non organik.
Untuk mengatasi gangguan pada irigasi tersebut, maka pemerintah setempat berupaya untuk membenahi irigasi disekitar lokasi banjir, namun apa daya ternyata dana untuk melakukan hal tersebut tidaklah ada, belum lagi untuk memberikan bantuan pangan bagi masyarakat korban banjir.
Dalam setiap bencana, masyarakat hanya bisa mengeluh, terutama terhadap telat atau kurangnya bantuan dari pemerintah dan kurang sigapnya penangan atau pemulihan terhadap kondisi banjir tersebut. Disini kita mendapatkan sebuah gambaran bahwa bangsa kita adalah bangsa yang selalu mengeluh, bahwa adanya Negara yang jalankan oleh pemerintah adalah tempat untuk segala keluhan hadir.
Budaya Gotong Royong
Gotong royong sebagai salah satu warisan budaya di tanah air ini mulai ditinggalkan terutama disaat penanganan bencana. Padahal banyak manfaat yang bisa di petik dari gotong royong.
Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa gotong royong bersama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan adalah menjadi dasar dari filsafat Indonesia sebagaimana yang dirumuskan oleh M. Nasroen. Secara peristilahan bahasa Indonesia gotong royong adalah kata lain dari kerjasama, dan secara hakekatnya kerjasama adalah sebuah usaha yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai sebuah hasil untuk bersama juga pada akhirnya.
Kaitan budaya lokal bernama gotong royong dan penangan bencana seperti banjir adalah seringkali selalu dikaitkan atau dimunculkan ketika bencana itu sudah ada, sedangkan dalam usaha-usaha preventif atau pencegahan sistem budaya ini sering kali diabaikan. Teknologi menjadi alasan untuk masyarakat merasa tidak perlu bergotong royong untuk membenahi sungai yang menjadi sumber bencana banjir. Begitupun pemerintah yang terkadang terjebak pada proyek yang melibatkan alat-alat berat dibandingkan untuk memobilisasi masyarakat agar secara bersama bergerak melakukan pembenahan dilingkungannya.
Secara ekonomis, penanganan bencana dengan menggunakan energi masyarakat tentu saja akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan alat-alat berat. Dan yang lebih penting dari adanya penanganan secara langsung oleh masyarakat melalui gotong royong bersama jajaran pemerintah, akan tercipta hubungan secara psikologis dan sosial yang kuat yakni masyarakat dan pemerintah akan merasa saling memiliki satu sama lain. Lalu effek lainnya adalah masyarakat sendiri secara langsung maupun tidak langsung akan lebih melindungi lingkungannya, karena mereka sudah melakukan usaha untuk merawatnya.
Dalam usaha ini diperlukan para pemimpin, dari tingkat atas hingga bawah, dari presiden, gubernur, bupati dan wali kota hingga RT/RW untuk dapat memobilisasi masyarakat untuk melakukan gotong-royong. Jika sang kepala daerah atau pemimpin tidak bisa memobilisasi rakyatnya maka Ia senyatanya tidaklah layak untuk jadi pemimpin, sepintar apapun Ia dalam teori – karena pada pengertiannya pemimpin merupakan orang yang diposisikan untuk mengorganisasikan dan mengarahkan yang dipimpinnya untuk mencapai tujuannya dengan otoritas dan kewenangan yang ia miliki.


Budaya Post Factum di Indonesia (Catatan Atas Beragam Bencana)
Bencana alam kembali mendera negeri ini. Belum selesai menanggulangan berbagai permasalahan ‘bencana’ yang banyak mengisi setiap program pembangunan negeri yang seringkali disebut kepingan surga di bumi ini. Mulai dari lumpur Lapindo (atau lumpur Sidoarjo menurut nama resmi yang dikeluarkan pemerintah untuk tidak memberi justifikasi kesalahan PT. Lapindo berdasarkan keputusan pengadilan, padahal media dan kalangan NGO lebih memilih nama lumpur Lapindo) yang terus mengalir ke beberapa desa di Sidoarjo hingga menenggelamkan pemukiman dan kehidupan masyarakat, terjadinya pergeseran siklus banjir di Jakarta dari lima tahunan menjadi dalam beberapa bulan saja, gempa bumi yang mengguncang Jawa Barat dan juga gempa bumi yang menghantam ranah Minang. Dan akhir-akhir ini khazanah bencana di negeri ini kembali memasukkan entri barunya dengan terjadinya lonsoran bukit di Pasir Jambu Bandung Jawa Barat. Lonsoran perbukitan yang berada di kawasan perkebunan teh yang sebagian besar (80%) hasil produksinya diekspor ke mancanegara ini, khusus memasok kebutuhan di Istana Inggris, menimbun beberapa pemukiman warga dan fasilitas pabrik teh Dewata serta merenggu korban jiwa yang cukup banyak. Semua permasalahan tersebut hingga saat ini belum selesai secara tuntas atau seratus persen ditangani oleh pihak-pihak yang bertugas dan bertanggung jawab.
Berbagai bencana yang terus mendera negeri ini kemudian direspon oleh berbagai kalangan, utamanya orang-orang atau komunitas yang berkepentingan dengan hal ini. Beragam alasan dan sebab hingga analisis dilontarkan oleh kalangan tersebut dengan tujuan untuk menjelaskan kenapa hal tersebut terjadi, bagaimana latar belakang kejadian dan lain sebagainya. Setelah kelompok atau orang tertentu muncul dengan pendapat dan argumennya, maka berlanjut kemudian muncul orang lain yang juga menyatakan pendapatnya, ada yang menguatkan bahkan mengkritisinya.
Inilah suatu budaya yang disadari atau pun tidak telah mengakar cukup kuat di negeri ini yang bisa jadi kembali membuat kita mendapat julukan baru di antara identitas-identitas yang dikenal lainnya. Yaitu, sebuah budaya yang cenderung tidak antisipatif terhadap beragam persoalan yang menimpa masyarakat negeri ini. Ketika terjadi masalah di masyarakat maka yang terjadi adalah seakan-akan semuanya berlomba untuk mengungkapkan analisisnya mengenai persoalan tersebut. Inilah budaya yang kenal dengan post factum yang merujuk pada pengertian bertindak ketika telah terjadi. Sebagai contoh, ketika terjadi banjir di Jakarta yang biasanya hanya siklus lima tahunan, maka banyak pihak mulai dari kalangan birokrat, pemerhati lingkungan dan legislatif seakan berlomba untuk memaparkan ke tengah masyarakat latar belakang yang menjadi penyebab masalah ini. Begitu lontaran pernyataan yang diarahkan kepada musibah longsoran bukit perkebunan teh di Bandung baru-baru ini.
Menurut kalangan birokrat yang menjadi ujung tombak penanganan permasalahan di masyarakat, permasalahan banjir yang terus menggenangi ibukota di saat-saat musim hujan terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan. Sedangkan kalangan legislatif yang seringkali menjadi penopang beragam argument pemerintah bahwa hal disebabkan tingginya intensitas hujan yang turun di Jabodetabek yang membuat Jakarta menjadi penampung limpahan air dari kawasan-kawasan sekitarnya, utamanya air yang datang dari Bogor. Adapun menurut kalangan pemerhati lingkungan yang biasanya terdiri dari kelompok NGO (non-government organisation alias LSM), melihat hal ini karena menghilangnya hutan mangrove (bakau) di sepanjang pantai Jakarta Utara yang selamanya ini menjadi penahan ombak dan abrasi berganti dengan kawasan perumahan elit yang terus menjamur. Di samping itu, kalangan NGO juga beranggapan bahwa banjir di Jakarta terjadi akibat terlalu longggarnya aturan pembangunan gedung-gedung bertingkat yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, akibatnya daya resap tanah terhadap air menjadi berkurang karena beton-beton raksasa yang menancap di dalamnya.
Sementara itu, menanggapi musibah longsoran di Bandung banyak kalangan menilai bahwa hal ini karena terjadinya alih fungsi lahan yang ada di lokasi tersebut. Sebelumnya, lahan yang menimbun pemukiman warga dan merenggut beberapa korban jiwa tersebut adalah hutan yang berfungsi untuk daerah penyangga dan resapan. Hanya saja, beberapa tahun belakangan ini areal yang sebenarnya diperuntukkan untuk penyelamatan lingkungan tersebut telah beralih menjadi lokasi perkebunan teh yang tentunya mendatangkan banyak keuntungan bagi beragam pihak, terutama produksinya sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sebagian kecil dipergunakan untuk kalangan terbatas di dalam negeri.
Demikianlah ‘perang’ wacana yang senantiasa dilontarkan oleh banyak kalangan menanggapi beragam permsalahan bencana dan musibah yang sering hadir di negeri ini. Beragam argumen ini pulalah yang dikonsumsi oleh masyarakat yang mau tak mau setia mengikuti perjalanannya, bahkan tak jarang terlarut di dalamnya sehingga cenderung melupakannya setahap demi setahap. Padahal jika ingin menuju suatu tujuan luhur masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan tidak semestinya ‘kebiasaan kambuhan’ ini terjadi dan mendapat porsi besar dan istimewa dalam ‘konsumsi’ masyarakat sehari-hari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia membutuhkan beragam komponen seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang masing-masing bekerja menurut tugas dan kewajibannya. Di samping itu, di banyak negara demokratis lainnya peran kelompok netral seperti NGO (LSM) juga sangat dibutuhkan dan berperan signifikan sebagai penyeimbang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan komponen-komponen ini telah sangat lama ada di Indonesia dan masing-masing bekerja pada jalurnya masing-masing, meskipun sempat terjadi pasang surut hubungan di antara mereka. Meskipun demikian, peran-peran yang dijalankan terasa masih kurang karena terlihat belum ada sinergi konstruktif yang muncul dari relasi tersebut. Hal ini misalnya tampak dengan terus berlangsungnya ‘perlombaan wacana’ dan ‘perang argumen’ yang dilakukan komponen-komponen tersebut dalam menyikapi beragam problem yang terjadi dalam masyarakat.
Jaminan kehidupan masyarakat yang senantiasa membaik dalam segala aspek merupakan tujuan mutlak sebuah negara. Hal ini akan dapat terrealisasi bukan dengan solusi ‘perang wacana’ di media-media yang kemudian dikonsumsi masyarakat atau yang dikenal dengan post factum, tetapi dengan meningkatkan rasa antisipasi dalam setiap dada dan sanubari segenap komponen negeri ini. Beragam problem yang terjadi di negeri ini, mulai dari pergeseran siklus banjir di Jakarta dari siklus lima tahunan menjadi beberapa bulan saja, lumpur panas yang menerjang Sidoarjo, dan lonsoran tanah di Bandung tidak semestinya terjadi jika sejak awal kita, terutama kalangan pemegang otoritas kebijakan, bersikap antisipasif. Banjir di Jakarta tidak akan sedemikian parahnya menggenangi setiap jengkal tanah ibu kota jika segenap komponen menyadari bahwa segala hal yang selama ini menangkal banjir bandang harus terus dipertahankan, bahkan makin ditingkatkan.
Kalangan birokrat dapat melakukannya dengan cara tidak mengizinkan pembangunan perumahan di sepanjang pantai utara Jakarta yang selama ini menjadi tempat tumbuhnya hutan mangrove, memperbaiki sistem drainase dan meneruskan pembangunan banjir kanal timur, dan memperluas green zone di kawasan Jakarta. Sedangkan warga dapat melakukan upaya penyadaran untuk membuang sampah pada tempatnya sehingga saluran air tidak tersumbat oleh tumpukan sampah. Kalangan legislatif dan NGO berperan dalam pengawasan dan senantiasa menyadarkan beragam komponen akan bahaya yang akan ditimbulkan jika hilangnya banyak hal yang selama ini menjadi penangkal banjir bandang di Jakarta. Jika upaya antisipatif ini dilaksanakan dengan baik, maka niscaya prediksi yang menyatakan bahwa Jakarta akan tenggelam pada 2050 akan tidak terwujud. Begitu juga dengan musibah yang dialami masyarakat Sidoarjo, tentu terjangan lumpur panas tidak akan menenggelamkan pemukiman mereka jika sejak awal para pemegang otoritas lebih selektif dan ketat dalam mengeluarkan perizinan pengeboran. Usaha ini dapat terus dilakukan dengan pengawasan dari berbagai pihak, mulai dari anggota legislatif di berbagai tingkatan hingga kalangan lain seperti mahasiswa dan NGO. Demikian juga dengan musibah longsoran tanah perbukitan di Bandung. Sejak awal semua pihak sudah mengetahui bahwa lokasi tersebut diperuntukkan untuk penyelamatan lingkungan sehingga hutannya dipertahankan dan ditetapkan sebagai daerah penyangga serta daerah resapan. Tetapi kenyataannya, perkebunan teh yang memiliki beragam peralatan dan hasil produksi untuk diekspor itu dapat menjalankan kegiatannya, bahkan mendapatkan perizinan dari otoritas setempat. Hal ini berarti bahwa usaha yang bernama teh Dewata tersebut adalah resmi dan segala aktivitas yang dilakukannya direstui oleh pemerintah daerah setempat. Lalu, dimana pihak-pihak yang kemudian menyalahkan dan mengemukakan penyebab terjadinya lonsoran tersebut di saat pendirian perusahaan perkebunan teh tersebut.
Meskipun demikian, bagaimana jika nasi telah menjadi bubur alias bencana telah terjadi yang meminta korban yang tidak sedikit. Di sinilah letak fungsi dari berbagai lembaga kajian dan penelitian yang sudah banyak tumbuh di berbagai wilayah negeri ini. Pada hampir sebagian daerah di Indonesia telah memiliki lembaga kajian dan penelitian, mulai dari tingkat pusat, tingkat I, tingkat II hingga kecamatan dan pelosok pedesaan. Belum lagi dengan keberadaan lembaga-lembaga penelitian yang terdapat di perguruan tinggi yang tersebar seluruh pelosok negeri ini. Para pakar dan ahli yang ada di lembaga ini dapat melakukan berbagai penelitian dan kajian terhadap permasalahan yang mungkin akan timbul di tengah-tengah masyarakat akibat beragam hal yang ada. Analisis yang dilakukan oleh para pakar dan ahli kemudian ditindaklanjuti oleh para penyelenggara pemerintahan yang memiliki otoritas kebijakan. Jika proses ini berjalan efektif, maka dapat dipastikan bahwa beragam musibah yang menimpa negeri dapat terdeteksi secara dini dan nyawa-nyawa tidak berdosa akibat kebijakan-kebijakan yang tidak tepat sasaran dapat diminimalisir, bahkan bukan tidak mungkin dihilangkan.
Akhirnya, semua kembali pada kepedulian kita bersama dengan menggunakan hati nurani, mata batin dan disertai analisis yang komprehensif dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, maka beragam musibah dan bencana yang menimpa negeri ini akan dapat teratasi, minimal dapat dikurangi. Beragam persoalan dan musibah yang menyengsarakan rakyat tidak akan dapat diselesaikan dengan melakukan perlombaan wacana di berbagai media massa. Peningkatan upaya antisipatif dengan menanggalkan budaya post factum merupakan solusi yang efektif untuk mengatasi berbagai bencana dan permasalahan yang ada di negeri ini.
Kala Jamila Menggugat Moral
Lakon ini tentang perdagangan seks anak-anak di bawah umur. Mencerminkan kebobrokan sistem sebuah negeri. Seorang perempuan berbaring di sebuah dipan kayu yang keras, di dalam sel yang gelap dan pengap. Sebentar lagi kehidupannya berakhir. Hakim sudah menjatuhkan vonis hukuman mati untuknya. Tetapi perempuan itu, dengan mata berbinar berkata menantang, “Aku ingin ditiduri presiden!”
Itu adalah sekelumit adegan “Jamila dan Sang Presiden” yang dipentaskan Teater Satu Merah Panggung yang dimotori Ratna Sarumpaet. Naskahnya ditulis Ratna sendiri dari sebuah kisah nyata di daerah Ngawi, Jawa Timur tahun 1993.
Jamila, adalah seorang pelacur. Ia menjadi potret dari puluhan juta anak-anak yang dijual untuk dijadikan budak nafsu di bawah umur. Ayahnyalah yang menjualnya kepada seorang germo. Meski akhirnya ia diangkat anak oleh sebuah keluarga terhormat, ia malah diperkosa. Nasib buruknya belum berakhir ketika ia divonis hukuman mati akibat membunuh seorang pejabat negara, pelanggannya.
Selain penulis naskah, Ratna juga menyutradarai pementasannya. Ia menggunakan dua pentas sekaligus di atas satu panggung dengan dua cerita, masa kini dan masa lalu, berselang-seling. Maka, tokoh Jamila pun diperankan oleh dua orang pemain, yang mewakili Jamila remaja dan Jamila dewasa.
Investor Daily, 31 Juli 2006, menganggap ada kesamaan antara kisah Jamila dengan novel “Perempuan di Titik Nol” karya sastrawan perempuan Mesir, Dokter Nawal El Saadawi. Novel itu juga berkisah tentang seorang perempuan yang menjadi pelacur karena sistem.
Kedua kisah itu sama-sama mencerminkan kebobrokan moral di sebuah negeri. Kemiskinan dan kebodohan yang akhirnya menjadi kekufuran. Sehingga sebagai jalan pintas menuju kekayaan dengan menggadaikan anak sendiri.
Dalam jumpa pers yang juga dihadiri oleh Berita Indonesia, Ratna menjelaskan, bahwa pementasan teater yang ke-66 ini berawal dari pertemuan dirinya dengan Unicef sekitar tahun 2004 lalu. Unicef meminta Ratna untuk membuat sebuah naskah drama yang akan digunakan sebagai alat kampanye dalam menyuarakan pemberantasan perdagangan seks anak-anak di bawah umur. Atas permintaan itulah, timbul ide untuk membuat naskah tersebut, yang dalam hitungan hari sudah siap dan digelar di lima kota besar, Jakarta (25-28 Juli), Surabaya (4-5 Agustus), Medan (11-12 Agustus), Bandung (21-22 Agustus) dan Palembang (25-26 Agustus).
Sebuah Refleksi
Ratna lebih dahulu melakukan penelitian untuk mendapatkan data akurat, berangkat dari realita yang terjadi di dalam masyarakat. Karya-karya Ratna memang sanggup menohok. Pementasan monolog “Marsinah Menggugat” yang kemudian dicekal pemerintah sempat mencuat secara internasional. Ia menggunakan sound effect derap sepatu tentara yang diulang-ulang. Dengan fantasi yang cantik, religius, hal serupa kembali diulang Ratna dalam “ALIA, Luka Serambi Mekah,” lebih menohok karena lebih terbuka.
Untuk meyakinkan pihak Unicef dalam pembuatan naskah tersebut, Ratna telah mengunjungi lima kota, yakni Kota Batam, Solo dan Surabaya yang dibiayai pihak Unicef. Sedangkan dua kota besar lainnya seperti Kota Kalimantan dan Indramayu merupakan biayanya sendiri. Sehingga dia tahu betul masalah yang mendasar kenapa terjadi pelacuran dan perdagangan anak-anak di bawah umur adalah merupakan kasus amoral, yang faktor utamanya dikarenakan kebodohan dan kemiskinan.
Pertunjukan selama dua jam itu sanggup memotret perdagangan seks anak-anak di bawah umur yang terjadi di Indonesia, yang pada umumnya adalah akibat penipuan oleh para agen pekerja, baik yang beroperasi secara legal dan ilegal, termasuk penculikan.
Pementasan ini tidak akan memberi petunjuk tentang jalan keluar, apalagi menggurui. Sebagai penulis dan sutradara, Ratna hanya ingin menawarkan refleksi untuk membuka mata semua orang, bahwa pelacuran dan perdagangan seks anak-anak di bawah umur adalah kasus amoral yang datang dari kemiskinan dan kebodohan. Am,RH (Berita Indonesia 19)

TANJIDOR
OrkesTanjidor sudah tumbuh sejak abad ke 19, berkembang di daerah pinggiran. Menurut beberapa keterangan, orkes itu berasal dari orkes yang semula dibina dalarn lingkungan tuan-tuan tanah, seperti tuan tanah Citeureup, dekat Cibinong.
Pada umumnya alat-alat musik pada orkes Tanjidor terdiri dari alat musik tiup seperti piston (cornet a piston), trombon, tenor, klarinet, bas, dilengkapi dengan alat musik pukul membran yang biasa disebut tambur atau genderang. Dengan peralatan tersebut cukup untuk mengiringi pawai atau mengarak pengantin.
Untuk pergelaran terutama yang ditempat dan tidak bergerak alat-alatnya sering kali ditambah dengan alat gesek seperti tehyan, dan beberapa membranfon seperti rebana, bedug dan gendang, ditambah pula dengan beberapa alat perkusi seperti kecrek, kempul dan gong.
Lagu-lagu yang biasa dibawakan orkes tanjidor, menurut istilah setempat adalah “Batalion”, “Kramton” “Bananas”, “Delsi”, “Was Tak-tak”, “Cakranegara”, dan “Welmes”. Pada perkembangan kemudian lebih banyak membawakan lagu-lagu rakyat Betawi seperti Surilang “Jali-jali dan sebagainya, serta lagu-lagu yang menurut istilah setempat dikenal dengan lagu-lagu Sunda gunung, seperti “Kangaji”, “Oncomlele” dan sebagainya.
Grup-grup Tanjidor yang berada di wilayah DKI Jakarta antara lain dari Cijantung pimpinan Nyaat, Kalisari pimpinan Nawin, Pondokranggon pimpinan Maun, Ceger pimpinan Gejen.
Daerah penyebaran Tanjidor, kecuali di daerah pinggiran kota Jakarta, adalah di sekitar Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung dalam wilayah Kabupaten Bogor, di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang.
Sebagai kesenian rakyat, pendukung orkes Tanjidor terutama para petani di daerah pinggiran. Pada umumnya seniman Tanjidor tidak dapat rnengandalkan nafkahnya dari hasil yang diperoleh dari bidang seninya. Kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, atau berdagang kecil-kecilan.
Oleh masyarakat pendukungnya Tanjidor biasa digunakan untuk memeriahkan hajatan seperti pernikahan, khitanan dan sebagainya, atau pesta-pesta umum seperti untuk merayakan ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan. Sampai tahun lima puluhan rombongan-rombongan Tanjidor biasa mengadakan pertunjukan keliling, istilahnya “Ngamen”. Pertunjukan keliling demikian itu terutama dilakukan pada waktu pesta Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek.
Perlu dikemukakan, bahwa sesuai dengan perkembangan jaman dan selera masyarakat pendukungnya, Tanjidor dengan biasa pula membawakan lagu-lagu dangdut. Ada pula yang secara khusus membawakan lagu-lagu Sunda Pop yang dikenal dengan sebutan “Winingan tanji”.

Seni Sunda ”Buhun” Kian Ditinggal
Berbagai jenis kesenian tradisional asli Sunda khususnya seni Sunda buhun nyaris punah akibat banyak ditinggalkan masyarakatnya sendiri. Sebagai seni yang menjadi kekayaan budaya lokal, seni Sunda buhun terus kehilangan penerusnya akibat para pelaku seninya kurang mendapat tempat dan dihargai publik, serta terdesak seni pop modern yang dianggap lebih menarik.
Guru Besar Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Yus Rusyana mengatakan, kondisi tradisional Sunda buhun saat ini secara berangsur mulai menghilang. “Dewasa ini generasi muda lebih menyenangi seni yang datangnya dari luar dibandingkan kesenian asli milik bangsa sendiri,” ujarnya, dalam acara Rembuk Tokoh Sunda, Menggali Akar Budaya Sunda Buhun, Senin (14/3) di Aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Jalan R.E. Martadinata 209 Bandung.
Acara itu dihadiri sejumlah tokoh seni dan budayawan Sunda, seperti Prof. Saini KM, Prof. Dr. Karna Yudibrata, Dra. Hj. Popong Otje Djunjunan, Nano S., Euis Suhaenah M. Hum, dan Pengurus PB Pusat Pasundan Daum.
Kang Yus –demikian Yus Rusyana akrab disapa– menegaskan bahwa saat ini seni budaya Sunda terus mengalami pergeseran. Bahkan seni Sunda buhun yang merupakan seni leluhur sudah sulit ditemui. Padahal, seni budaya Sunda buhun dikenal sangat kaya nilai. Mulai dari hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan mausia lain, hingga hubungan manusia dengan alamnya.
Untuk itu, Yus sangat mendukung berbagai upaya pelestarian seni budaya Sunda. “Jika tidak diantisipasi dengan langkah-langkah pelestarian, kekayaan tradisi tersebut akan tinggal menjadi sejarah,” ujarnya.
Sementara Dra. Hj. Popong Otje Djundjunan mengatakan, untuk membangkitkan gairah para pelaku seni budaya Sunda buhun perlu diberikan semacam rangsangan. “Selama ini penghargaan terhadap pelaku seni sangat jarang, padahal para seniman tidak meminta imbalan berupa materi terhadap upayanya melestarikan seni turun temurun. Mereka hanya ingin ada semacam pengakuan dari pemerintah,” ujarnya.
Seni budaya Sunda buhun semakin ditinggalkan masyarakat karena dinilai monoton sehingga tidak memiliki daya jual yang menarik. Kondisi itu diperparah oleh tidak adanya dukungan publik dan modal dari pemerintah sehingga jarang bisa ditampilkan lagi di tengah masyarakat.
Untuk melestarikan seni budaya sunda buhun yang terus menghilang, Ny. Popong mengusulkan agar diselenggarakan kegiatan semacam ekshibisi atau tontonan secara resmi. Seni yang digelar tidak hanya berupa seni ibing (gerak–red.) tetapi juga seni tabeuh (pukul), maupun seni sora (suara).
Selain itu untuk menentukan bahwa seni tersebut merupakan seni Sunda buhun perlu ditetapkan kriteria. “Untuk menentukannya saat ini sangat sulit karena seni Sunda sudah banyak mengadopsi seni dari luar,” ujarnya.
Hal senada dikatakan seniman, budayawan dan guru seni di STSI Bandung, Nano S.. Ia mengatakan, seniman Sunda buhun dewasa ini sangat tidak dihargai lagi, tidak saja oleh masyarakatnya sendiri tetapi juga oleh pemerintah. “Kalau memang masih mendapat tempat, bila sedang pentas pasti akan ditonton. Pemerintah daerah pun sering menganggap para seniman itu menjadi beban,” ujarnya.
Dikatakan Nano, dalam beberapa tahun kebelakang seni budaya Sunda buhun dapat dipastikan akan menjadi barang kuno bila tidak segera dilestarikan dan dikembangkan kembali. “Untuk itu kiranya dalam memahami seni budaya Sunda buhun tidak dikaitkan dengan akidah atau agama yang selama ini sering menjadi pagar antara boleh dan tidak,” ujar Nano. (A-87)

TEMBANG CIANJURAN
Saat ini, Tembang Cianjuran kerap menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah pertunjukkan kesenian pada acara-acara penyambutan tamu bagi masyarakat Sunda, seperti pernikahan ataupun khitanan. Alunan suara sekar (sinden) yang merdu diiringan instrumen kecapi dan suling membuat suasana lebih anggun, santun, khidmat dan penuh dengan ramah-tamah. Sehigga para tamu yang datang pasti akan hanyut terbawa suasana yang ada. Jika dikatakan Tembang Cianjuran adalah musik sunda yang memiliki warna musik begitu mempesona, anggun, lembut dan halus. Hal tersebut memang sangat erat hubungannya dengan cikal bakal dan perkembangan Tembang Cianjuran.
Seni Tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta rasa dan karsa Bupati Cianjur IX, R. Aria Adipati Kusumaningrat (1834-1861), atau lebih sering dikenal dengan sebutan “Dalem Pancaniti”. Namun dalam penyempurnaannya hasil ciptaannya tersebut, dalem Pancaniti dibantu oleh seniman kabupaten yaitu: Rd. Natawiredja, Aem dan Maing Buleng. Ketiga orang inilah yang kemudian mendapat izin Dalem Pancaniti untuk menyebarkan lagu-lagu Cianjuran.
Pada zaman pemerintahan R.A.A Prawiradiredja II (1861-1910), seni Tembang Cianjuran disempurnakan lagi aturannya. Dengan ditambah iringan suara kecapi dan suling, maka lahirlah Tembang Cianjuran yang dikenal sampai saat ini.
Tembang Cianjuran pada awalnya merupakan musik yang penuh prestise para bangsawan. Oleh sebab itu, kehadiran Tembang Cianjuran pada awalnya diperuntukkan bagi para pejabat atau masyarakat kelas tinggi. Dan karena itu juga tempat pertunjukkannya selalu berada pada pendopo-pendopo kabupaten. Biasanya untuk acara-acara resmi penyambutan tamu bupati atau upacara-upacara resmi hari besar nasional.
Namun dalam pertumbuhan dan perkembangannya seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat Tembang Cianjuran telah menjadi begitu akrab dimasyarakat. Tembang Cianjuran yang tadinya hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan, berkembang menjadi musik yang berakar pada tradisi kerakyatan. Kini, Tembang Cianjuran sangat mudah ditemui dalam acara pesta-pesta perkawinan masyarakat cianjur (Sunda).
Penikmat Tembang Cianjuran memang tidak sebanyak jenis kesenian lain, seperti musik pop. Tetapi peminat dan penikmat Tembang Cianjuran cukup signifikan. Beberapa seniman seniman Tembang Cianjuran mengembangkan yang tidak terbatas lagi pada Kacapi Suling Tembang Cianjuran tetapi juga Kacapi Suling Pop Cianjuran.
Meski ditelan badai modernasi Tembang Cianjuran termasuk jenis kesenian yang masih mendapat respon positif dari masyarakat global, kehadirannya diterima baik oleh semua pihak. Baik masyarakat lokal maupun internasional ikut serta melestarikan warisan budaya sunda ini. Buktinya, sampai saat ini masih banyak dijumpai para mahasiswa asing yang serius mempelajari kesenian Tembang Cianjuran. Beberapa diantaranya adalah mahasiswa berasal Amerika Serikat, Norwegia , Eropa, Jepang, dan negara Asia lainnya.
Mempelajari Seni Sunda Tembang Cianjuran tidaklah terlalu sulit, walupun tidak semudah mempelajari Seni Sunda Angklung misalnya. Tingkat kesulitan mempelajari Tembang Cianjuran bergantung pada grade atau level saat mereka mencoba memainkan alat musik tersebut. Seorang pemula yang belum pernah sama sekali memainkan alat musik tembang kecapi suling cianjuran kira-kira akan memakan waktu 3-6 bulan untuk memainkan jenis musik yang diinginkan.
Rasanya kurang pas jika seseorang hanya mempelajari bagaimana memainkan instrumen-instrumen dan olah vokal Tembang Cianjuran saja. Sebab seni ini memiliki kekayaan budaya yang tersimpan. Salah satunya adalah kandungan arti yang tersimpan di balik syair-syairnya. Dalam setiap syair-syairnya sang penikmat dapat menemukan sebuah vocal wisdom (kearifan vokal) berupa alam yang harmoni, keseimbangan, rendah hati, kasih sayang, kebijakan dll. Peminat Tembang Cianjuran dituntut untuk mengungkap pesan-pesan yang tersimpan dalam isi syairnya. Tembang Cianjuran kini menjadi pembeda di tengah hingar-bingar budaya pop yang semakin mengglobal.
Tembang Cianjuran sangat kental dengan identitas kesundaannya. Akan sangat disayangkan bila para generasi muda mulai meninggalkan kesenian ini. Di tengah krisis kehilangan identitas bangsa ini, ada sebuah pertanyaan yang patut di kemukakan: Jika orang asing dengan serius mempelajari Tembang Sunda Cianjuran, masih adakah alasan bagi generasi muda untuk meninggalkannya?.

PENTINGNYA TANGGUNG JAWAB
Di salah satu upacara perpisahan dan serah terima jabatan tertentu pada suatu organisasi, pimpinan yang digantikan menyampaikan sambutan perpisahan. Salah satu isi sambutan yang mengesankan adalah: “….apabila proses dan kinerja di unit ini belum maksimum, semua adalah tanggung jawab saya, untuk itu saya mohon maaf….di sisi lain kalau toh ada keberhasilan itu adalah hasil kerja dari kita semua, dan terimakasih atas dukungannya selama ini…..”. Coba bandingkan dengan ucapan seorang pimpinan lain berikut ini “….saya tidak mengerti mengapa kinerja di unit ini tidak mencapai standar perusahaan….padahal saya sudah memberi petunjuk kepada semua karyawan…..mereka sepertinya lari dari tanggung jawab….”. Apa bedanya? Kalau pernyataan yang pertama “ … semua hak, wewenang, dan kewajiban adalah tanggung jawab saya…”. Sementara pernyataan kedua bermakna “….saya yang jawab, karyawan yang nanggung….” alias tidak bertanggung jawab dan alias ….”lempar batu sembunyi tangan….”
Susahkah untuk bertanggung jawab atas suatu proses dan kinerja yang dihasilkan? Jawabannya kemungkinan ada tiga yakni (1) bertanggung jawab, (2) mengelak tanggung jawab, dan (3) tidak bersedia bertanggung jawab karena merasa tidak mampu. Yang bertanggung jawab selalu memandang setiap hak, tugas, dan wewenang adalah amanah. Ada semacam kepercayaan dari orang lain atau organisasi untuk melaksanakannya dengan baik. Berani dan tegas apapun hasilnya, itu adalah tanggung jawabnya. Dia tidak mau melempar tanggung jawabnya kepada orang lain ketika dia gagal melaksanakan amanahnya. Sebaliknya orang yang tak bertanggung jawab sering tidak mau menerima kesalahan atas suatu pekerjaan hanya dibebankan pada dirinya saja. Sering mengkambing hitamkan orang lain. Tidak merasa beban dan malu bahwa kegagalan itu sebenarnya tanggung jawabnya. Namun kalau berhasil maka dia tidak canggung mengatakan bahwa semua keberhasilan itu karena dia. Sementara tipe orang ketiga sudah sejak mula dia mengatakan tidak bisa menjalankan amanah yang diberikan karena tidak mampu dan kurang berpengalaman. Sama dengan tipe pertama, orang tipe ini memiliki kejujuran yang tinggi.
Mengapa sikap tanggung jawab diperlukan dalam suatu organisasi? Simaklah beberapa ungkapan berikut ini.“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinan itu”.(Al-Hadits, Shahih Bukhari – Muslim). “Anda tidak bisa lari dari tanggung jawab hari esok dengan menghindarinya pada hari ini”. (Abraham Lincoln). Seorang ilmuwan besar Albert Einstein (1879-1955) mengatakan, "The price of greatness is responsibility" (harga sebuah kebesaran ada di tanggung jawab).Tanggung jawab adalah mutiara hati. Ia adalah salah satu nilai pokok dalam budaya korporat suatu organisasi.
Seperti halnya suatu komitmen, seseorang yang memiliki amanah untuk melakukan pekerjaan tertentu biasanya bersikap hati-hati. Termasuk kalau sedang bekerjasama dengan mitra kerja lainnya. Mengapa demikian? Karena setiap butir kesalahan walau sekecil apapun harus bisa dipertanggung jawabkan. Konteksnya dalam meraih mutu kerja, efektifitas dan efisiensi kerja. Semakin bertanggung jawab dibarengi dengan semakin kuatnya komimen maka semakin berhasil seseorang melaksanakan pekerjaannya sesuai harapan. Untuk itu maka pihak manajemen seharusnya mampu mengkondisikan agar setiap karyawan bersikap .tanggung jawab. Sistem imbalan/penghargaan dan hukuman kaitannya dengan tanggung jawab sangat penting diterapkan. Suatu ketika tanggung jawab itu sendiri sudah merupakan bagian dari kebutuhan tiap individu organisasi atau sudah terinternalisasi.

Gamelan (pengaruh dalam kehidupan sosial )

Manusia Mahluk Musical. Tubuh manusia terdapat irama yang harmonis, (detak jantung, tarikan nafas, aliran darah, detak nadi mempunyai keteraturan yang membentuk musik) seperti halnya alam semesta yang juga berirama. Nada-nada alam semesta yang tertangkap oleh kepekaan rasa diungkapkan menjadi nada-nada Gamelan. Lewat nada-nada musik tersebut manusia melakukan pemujaan dan perenungan spiritual. Nada-nada musik bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa, spirit kehidupan, musik Sang Maha Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal kehidupan. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati, pusat rasa. Karena Rasa itulah, maka nada-nada musik melewati batas-batas etnis, agama, komunitas dan Negara Musik gamelan (Jawa,Bali,Sunda) adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang kian dapat diterima keberadaannya di dunia internasional. Alat musik yang diduga kuat telah ada sejak tahun 167M telah diajarkan disekolah-sekaolah maupun universitas diantaranya di Amerika, Inggris, kanada, Australia, Singapura dan masih banyak Negara lainnya, bahkan baru-baru ini gamelan telah tersebar di benua afrika tepatnya di negara Namibia. Menurut Prof Dr. Rahayu Supanggah dalam sarasehan gamelan for the young beberapa waktu lalu di Laurensia School, gamelan telah diajarkan sebagai pendidikan karakter bagi anak-anak sekolah dasar di Singapura, bahkan di Inggris digunakan sebagai media terapi bagi narapidana kelas satu, program ini dikenal dengan good vibrations. Nilai-nilai filosofi dalam gamelan adalah nilai-nilai keharmonisan hubungan manusia baik secara horizontal maupun vertical dengan sang maha penciptanya.

Menurut Judith Becker dalam buku, “Gamelan Stories: Tantrism, Islam, and Aesthetics in Central Java”, mengemukakan bahwa pada zaman pertengahan, di Indonesia, elemen Gamelan digunakan sebagai media pemujaan eksternal dan internal. Dia mengutip Sastrapustaka yang mengungkapkan makna esoteris nada-nada Gamelan yang berhubungan dengan chakra, panca indera dan rasa. Gamelan sebagai yantra, alat, dapat membantu tahapan meditasi sebelum mencapai keadaan Samadhi/Semedi. Melalui media musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan fikir, penjernihan hati dan pemurnian jiwa yang berujung pada penyembuhan psikologis.
Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi air, sehingga musik yang indah akan membuat air membentuk kristal hexagonal yang indah. Memahami bahwa baik manusia, hewan dan tanaman mengandung air, maka suara musik akan mempengaruhi semua makhluk hidup. Organ-organ manusia mempunyai getaran dengan berbagai frekuensi. Walau frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar 20 Hz-20 KHz, frekuensi suara berbagai alat gamelan sangat bervariasi dan memungkinkan terjadinya frekuensi yang sama dengan organ tubuh. Bila getaran suara Gamelan mempunyai frekuensi yang sama dengan suatu organ tubuh yang lemah, maka resonansi yang terjadi dapat memperkuat dan menyembuhkan organ yang bersangkutan. Musik yang harmonis juga akan mebuat sapi merasa tenang dan mempengaruhi sistem kelenjar yang berhubungan dengan susu. Selanjutnya, getaran frekuensi tinggi dari Gamelan akan merangsang ‘stomata’ tanaman untuk tetap terbuka, meningkatkan proses pertumbuhan. Bunga-bunga yang beraneka warna pada umumnya mempunyai panjang gelombang sama seperti panjang gelombang warnanya. Suara alat-alat musik yang bervariasi panjang gelombangnya.
Sebuah lembaga penelitian tentang perkembangan otak di jepang mengadakan riset tentang pengaruh gelombang suara supersonic terhadap perkembangan otak. Gelombang suara supersonic adalah suara yang tidak dapat dideteksi/didengar oleh telinga kita tanpa bantuan alat khusus.
Ternyata gelombang suara supersonic mampu menstimulasi peningkatan produksi beberapa hormon penting di otak yang mana sangat baik untuk perkembangan otak. dan ternyata gamelan (Jawa dan Bali) banyak sekali memproduksi gelombang supersonic ini jauh lebih tinggi dari musik klasik. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh kita yang mempunyai budaya ini, tetapi justru orang asing yang menelitinya
Pertanyaan yang sangat menggelitik adalah, kenapa bangsa asing begitu giat menggunakan gamelan sebagai media pendidikan? Sedangkan ditanah kelahirannya gamelan masih saja mendapatkan stigma sebagai seni musik tradisional yang ketinggalan jaman? terjebak pada istilah pelestarian seni tradisi dan tidak melihat gamelan sebagai sebuah media pencerdasan emosional dan estetika.
Ada beberapa factor yang membuat gamelan belum maksimal di dunia pendidikan maupun di masyarakat, factor kurangnya keberanian para praktisi gamelan keluar dari pakem yang selama ini dianutnya, pakem dianggap aturan/tatacara yang sudah final sehingga tidak perlu lagi adanya pakem-pakem baru. Kedua adalah factor minimnya para peneliti/ilmuwan dalam seni tradisi (gamelan) tentang kegunaan/efek gamelan bagi kecerdasan emosional anak. Ketiga factor gamelan yang dipresepsikan hanya untuk dimainkan oleh orang dewasa, keempat minimnya komposisi musik gamelan yang khusus dimainkan oleh anak-anak. Kelima hegemoni musik barat yang selalu dipaksakan menjadi acuan dalam pembelajaran musik di Indonesia, padahal sejak era 2000an hingga kini pendidikan musik di Negara maju sudah mulai mengadopsi gamelan sebagai bagian dari pendidikan karakter, karena gamelan dinilai sebagai musik yang humanis, karena nilai-nilai kebersamaan, empati, toleransi dan kolektifitas yang menjadi suatu kekhasan dalam gamelan, karena hal tersebut tidak didapatkan dari musik klasik barat yang cenderung individualis, miskin improvisasi, dan kaku karena harus memainkan sesuai dengan perintah partitur.

Strategi Pembelajaran Musik Gamelan.Materi-materi pembelajaran gamelan harus dibuat untuk tidak menyulitkan para siswa. Yang diutamakan adalah efek rasa senang, serta dapat berekspresi. Dalam materi untuk tingkatan awal komposisi nada-nada sederhana yang bersifat ritmik akan dapat membantu tingkat kepekaan dan keteraturan emosi, tingkatan awal ini sangat membantu bagi para siswa pemula (termasuk siswa dengan kebutuhan khusus) untuk selanjutnya dapat bermain dengan dinamika permainan emosi dan dapat berkomunikasi musical dengan baik. Komunikasi musical musik gamelan tidak diatur dalam notasi/partitur seperti halnya musik barat, namun disampaikan melalui symbol symbol suara yang mengalir sehingga kepekaan, konsentrasi dan intuisi akan sangat berperan penting dalam hal ini. Kolektivitas dalam musik gamelan akan membuat ritme dan dinamika permainan musik dapat berjalan mengikuti pola layaknya sebuah aliran air yang terkadang berjalan cepat dan lambat secara bersamaan.
Pengendalian diri dan emosi dalam sebuah permainan gamelan membutuhkan proses yang tidak sebentar, keharmonisan hubungan social diantara siswa akan berpengaruh baik pada kualitas musik yang dihasilkan begitu pula sebaliknya, ketidakharmonisan social dalam sebuah kelompok akan berpengaruh buruk pada musik yang dihasilkan. Hal tersebut sudah menjadi konsekuensi logis karena dalam bermain gamelan sangat dibutuhkan rasa empati dan toleransi. Tingkatan permainan gamelan memang mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan dengan musik orkestra di barat, namun ketika diposisikan sebagai media untuk belajar tentu saja diperlukan berbagai variasi komposisi yang sesuai dengan kemampuan musical siswa, sehingga keberadaan tingkatan/jenjang dalam sebuah komposisi musik di gamelan tidak mutlak diperlukan.
Permainan musik yang sederhana, dinamis dan mudah akan dapat menjadi alat terapi yang murah dan meyenangkan bagi pengendalian emosi, dan stimulus otak sebab ketika bermain musik secara kolektif dengan akustik gamelan yang bersuara supersonic, maka tingkat kesadaran, kekompakan dan konsentrasi kita berada pada titik frekuensi yang sama, sehingga apabila ada beberapa individu yang tidak mampu berkonsentrasi dan lemah dalam pengendalian emosinya maka akan berdampak pada keseluruhan harmoni yang dibangun, sehingga diperlukan latihan yang lebih intensif dan mandiri.
Individu yang belum halus dan terasah rasanya dan mempunyai kecenderungan menggunakan logika dari otak kirinya, sulit menerima hal-hal yang berada di luar logika. Padahal manusia yang utuh tidak hanya menggunakan logika, tetapi rasa, intuisi dan juga hati nuraninya.

Gamelan (pengaruh dalam kehidupan sosial )

Manusia Mahluk Musical.
Tubuh manusia terdapat irama yang harmonis, (detak jantung, tarikan nafas, aliran darah, detak nadi mempunyai keteraturan yang membentuk musik) seperti halnya alam semesta yang juga berirama. Nada-nada alam semesta yang tertangkap oleh kepekaan rasa diungkapkan menjadi nada-nada Gamelan. Lewat nada-nada musik tersebut manusia melakukan pemujaan dan perenungan spiritual. Nada-nada musik bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa, spirit kehidupan, musik Sang Maha Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal kehidupan. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati, pusat rasa. Karena Rasa itulah, maka nada-nada musik melewati batas-batas etnis, agama, komunitas dan negara.
Musik gamelan (Jawa,Bali,Sunda) adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang kian dapat diterima keberadaannya di dunia internasional. Alat musik yang diduga kuat telah ada sejak tahun 167M telah diajarkan disekolah-sekaolah maupun universitas diantaranya di Amerika, Inggris, kanada, Australia, Singapura dan masih banyak Negara lainnya, bahkan baru-baru ini gamelan telah tersebar di benua afrika tepatnya di negara Namibia. Menurut Prof Dr. Rahayu Supanggah dalam sarasehan gamelan for the young beberapa waktu lalu di Laurensia School, gamelan telah diajarkan sebagai pendidikan karakter bagi anak-anak sekolah dasar di Singapura, bahkan di Inggris digunakan sebagai media terapi bagi narapidana kelas satu, program ini dikenal dengan good vibrations. Nilai-nilai filosofi dalam gamelan adalah nilai-nilai keharmonisan hubungan manusia baik secara horizontal maupun vertical dengan sang maha penciptanya.

Nilai-Nilai Strategis Dalam Gamelan
Menurut Judith Becker dalam buku, “Gamelan Stories: Tantrism, Islam, and Aesthetics in Central Java”, mengemukakan bahwa pada zaman pertengahan, di Indonesia, elemen Gamelan digunakan sebagai media pemujaan eksternal dan internal. Dia mengutip Sastrapustaka yang mengungkapkan makna esoteris nada-nada Gamelan yang berhubungan dengan chakra, panca indera dan rasa. Gamelan sebagai yantra, alat, dapat membantu tahapan meditasi sebelum mencapai keadaan Samadhi/Semedi. Melalui media musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan fikir, penjernihan hati dan pemurnian jiwa yang berujung pada penyembuhan psikologis.
Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi air, sehingga musik yang indah akan membuat air membentuk kristal hexagonal yang indah. Memahami bahwa baik manusia, hewan dan tanaman mengandung air, maka suara musik akan mempengaruhi semua makhluk hidup. Organ-organ manusia mempunyai getaran dengan berbagai frekuensi. Walau frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar 20 Hz-20 KHz, frekuensi suara berbagai alat gamelan sangat bervariasi dan memungkinkan terjadinya frekuensi yang sama dengan organ tubuh. Bila getaran suara Gamelan mempunyai frekuensi yang sama dengan suatu organ tubuh yang lemah, maka resonansi yang terjadi dapat memperkuat dan menyembuhkan organ yang bersangkutan. Musik yang harmonis juga akan mebuat sapi merasa tenang dan mempengaruhi sistem kelenjar yang berhubungan dengan susu. Selanjutnya, getaran frekuensi tinggi dari Gamelan akan merangsang ‘stomata’ tanaman untuk tetap terbuka, meningkatkan proses pertumbuhan. Bunga-bunga yang beraneka warna pada umumnya mempunyai panjang gelombang sama seperti panjang gelombang warnanya. Suara alat-alat musik yang bervariasi panjang gelombangnya dapat mempengaruhi organ yang sama panjang gelombangnya.
Sebuah lembaga penelitian tentang perkembangan otak di jepang mengadakan riset tentang pengaruh gelombang suara supersonic terhadap perkembangan otak. Gelombang suara supersonic adalah suara yang tidak dapat dideteksi/didengar oleh telinga kita tanpa bantuan alat khusus.
Ternyata gelombang suara supersonic mampu menstimulasi peningkatan produksi beberapa hormon penting di otak yang mana sangat baik untuk perkembangan otak. dan ternyata gamelan (Jawa dan Bali) banyak sekali
memproduksi gelombang supersonic ini jauh lebih tinggi dari musik klasik. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh kita yang mempunyai budaya ini, tetapi justru orang asing yang menelitinya dan mampu memanfaatkannya.
Pertanyaan yang sangat menggelitik adalah, kenapa bangsa asing begitu giat menggunakan gamelan sebagai media pendidikan? Sedangkan ditanah kelahirannya gamelan masih saja mendapatkan stigma sebagai seni musik tradisional yang ketinggalan jaman? terjebak pada istilah pelestarian seni tradisi dan tidak melihat gamelan sebagai sebuah media pencerdasan emosional dan estetika.
Ada beberapa factor yang membuat gamelan belum maksimal di dunia pendidikan maupun di masyarakat, factor kurangnya keberanian para praktisi gamelan keluar dari pakem yang selama ini dianutnya, pakem dianggap aturan/tatacara yang sudah final sehingga tidak perlu lagi adanya pakem-pakem baru. Kedua adalah factor minimnya para peneliti/ilmuwan dalam seni tradisi (gamelan) tentang kegunaan/efek gamelan bagi kecerdasan emosional anak. Ketiga factor gamelan yang dipresepsikan hanya untuk dimainkan oleh orang dewasa, keempat minimnya komposisi musik gamelan yang khusus dimainkan oleh anak-anak. Kelima hegemoni musik barat yang selalu dipaksakan menjadi acuan dalam pembelajaran musik di Indonesia, padahal sejak era 2000an hingga kini pendidikan musik di Negara maju sudah mulai mengadopsi gamelan sebagai bagian dari pendidikan karakter, karena gamelan dinilai sebagai musik yang humanis, karena nilai-nilai kebersamaan, empati, toleransi dan kolektifitas yang menjadi suatu kekhasan dalam gamelan, karena hal tersebut tidak didapatkan dari musik klasik barat yang cenderung individualis, miskin improvisasi, dan kaku karena harus memainkan sesuai dengan perintah partitur.

Strategi Pembelajaran Musik Gamelan
Materi-materi pembelajaran gamelan harus dibuat untuk tidak menyulitkan para siswa. Yang diutamakan adalah efek rasa senang, serta dapat berekspresi. Dalam materi untuk tingkatan awal komposisi nada-nada sederhana yang bersifat ritmik akan dapat membantu tingkat kepekaan dan keteraturan emosi, tingkatan awal ini sangat membantu bagi para siswa pemula (termasuk siswa dengan kebutuhan khusus) untuk selanjutnya dapat bermain dengan dinamika permainan emosi dan dapat berkomunikasi musical dengan baik. Komunikasi musical musik gamelan tidak diatur dalam notasi/partitur seperti halnya musik barat, namun disampaikan melalui symbol symbol suara yang mengalir sehingga kepekaan, konsentrasi dan intuisi akan sangat berperan penting dalam hal ini. Kolektivitas dalam musik gamelan akan membuat ritme dan dinamika permainan musik dapat berjalan mengikuti pola layaknya sebuah aliran air yang terkadang berjalan cepat dan lambat secara bersamaan.
Pengendalian diri dan emosi dalam sebuah permainan gamelan membutuhkan proses yang tidak sebentar, keharmonisan hubungan social diantara siswa akan berpengaruh baik pada kualitas musik yang dihasilkan begitu pula sebaliknya, ketidakharmonisan social dalam sebuah kelompok akan berpengaruh buruk pada musik yang dihasilkan. Hal tersebut sudah menjadi konsekuensi logis karena dalam bermain gamelan sangat dibutuhkan rasa empati dan toleransi. Tingkatan permainan gamelan memang mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan dengan musik orkestra di barat, namun ketika diposisikan sebagai media untuk belajar tentu saja diperlukan berbagai variasi komposisi yang sesuai dengan kemampuan musical siswa, sehingga keberadaan tingkatan/jenjang dalam sebuah komposisi musik di gamelan tidak mutlak diperlukan.
Permainan musik yang sederhana, dinamis dan mudah akan dapat menjadi alat terapi yang murah dan meyenangkan bagi pengendalian emosi, dan stimulus otak sebab ketika bermain musik secara kolektif dengan akustik gamelan yang bersuara supersonic, maka tingkat kesadaran, kekompakan dan konsentrasi kita berada pada titik frekuensi yang sama, sehingga apabila ada beberapa individu yang tidak mampu berkonsentrasi dan lemah dalam pengendalian emosinya maka akan berdampak pada keseluruhan harmoni yang dibangun, sehingga diperlukan latihan yang lebih intensif dan mandiri.
Individu yang belum halus dan terasah rasanya dan mempunyai kecenderungan menggunakan logika dari otak kirinya, sulit menerima hal-hal yang berada di luar logika. Padahal manusia yang utuh tidak hanya menggunakan logika, tetapi rasa, intuisi dan juga hati nuraninya.
Musik Kolintang

Luar Negeri Mengagumi. Harmoni Musik Pukul Kayu. Bila kita menyebut wilayah Sulawesi Utara, banyak orang mungkin hanya mengetahui tentang wisata laut yang indah di Bunaken. Atau bubur Manado, makanan khas yang sudah merambah ke seluruh wilayah Indonesia.
Tapi mungkin banyak orang yang lupa atau tidak memperhatikan lagi tentang alat musik khas Sulawesi Utara yakni Kolintang. Alat musik dari kayu lokal yang ringan namun kuat ini aslinya berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, dan sudah dikenal sejak puluhan tahun silam.

Permainan musik Kolintang bukanlan bersifat individual. Alat musik ini minimal harus dimainkan oleh enam orang dengan fungsi masing-masing. Misalnya memegang melodi, gitar, ukulele, banjo, dan bas.
Sejarahnya, alat musik ini ditemukan oleh seorang pria asal Minahasa yang bernama Lintang. Nama kolintang berasal dari suara tong (nada rendah), ting (nada tinggi), dan tang (nada biasa).
Kolintang biasa dimainkan untuk mengisi berbagai acara, seperti pesta pernikahan, penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, keagamaan, dan pada acara pertandingan. Hingga kini, masih banyak pewaris-pewaris budaya yang terus melestarikan Kolintang. Bahkan hingga ke sekolah-sekolah, banyak dipelajari cara memainkan alat music Kolintang.
Masih banyak perajin alat musik Kolintang di Sulut, bahkan asli orang Sulut yang sudah bermukim di daerah lain. Untuk membuat Kolintang, kita harus mengenali jenis kayu dan menentukan kayu tertentu untuk not atau tangga lagu tertentu pula.
Satu set kolintang biasanya dibutuhkan waktu antara tiga pekan hingga satu bulan.
Satu set alat musik kolintang, terdiri dari sembilan jenis alat musik, mulai dari melodi, penggiring hingga celo dan bass serta dijual dengan harga Rp 25,25 juta. Penutup kolintang dijual Rp 150.000, pemukul kolintang satu set Rp 500.000 dan stan partitur kolintang per satuan seharga Rp 150.000. Namun harga tersebut bukan standar secara keseluruhan penjualan, karena harga tergantung kualitas dan banyaknya alat musik.

Dan yang bagus untuk musik kolintang adalah kayu waru gunung dan cempaka. Kayu dengan bentuk yang pendek akan menghasilkan tangga lagu yang tinggi. Sebaliknya, kayu yang panjang akan menghasilkan tangga lagu (not) yang rendah.
Pada awalnya, Kolintang sempat dilarang dimainkan pada masa penjajahan Belanda. Sebabnya Kolintang digunakan untuk mengiringi upacara ritual pemujaan arwah leluhur oleh masyarakat setempat.
Seiring dengan waktu, ternyata Kolintang tidak hanya digemari di Sulut, tapi juga di daerah lain termasuk di Jawa. Sambutan publik terhadap kehadiran kolintang yang diiringi gitar, ukulele, dan string bas ini ternyata luar biasa. Bahkan, kolintang saat itu sempat menjadi salah satu media kampanye.
Selanjutnya, Kolintang terus berkembang. Di mana tidak sedikti kelompok musik yang sudah pentas melanglang ke berbagai negara di dunia, seperti Singapura, Australia, Belanda dan sekitarnya hingga Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris. Kolintang juga sempat tampil di Swiss, Denmark, Swedia, dan Norwegia.
Di era 1990-an, Kolintang sangat populer bagi masyarakat di dalam negeri maupun luar negeri. Pembuat Kolintangpun mulai menjamur.
Pemesanan dari luar negeri terus mengalir, antara lain dari Australia, China, Korea Selatan, Hong Kong, Swiss, Kanada, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat. Hampir semua kedutaan besar Indonesia di dunia mengoleksi alat musik kolintang buatannya. Juga Twilite Orchestra pimpinan Addie MS memercayakan penggunaan alat musik kolintang dalam konser yang menggunakan alat musik kolintang.
Kini, alat musik Kolintang banyak digunakan dalam berbagai pagelaran di dalam maupun luar negeri. Selain harmoni dari berbagai nada yang terdengar indah, lantunan suara Kolintang juga mampu memukau orang yang mendengarnya. Bahkan Luar Negeri pun hingga kini masih menganggumi harmoni musik pukul kayu ini.

TUGAS IBD SOAL BAB 1-9 ...

NAMA : MONIKA YUSIANA
NPM : 14210521
KELAS : 1EA18

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR(IBD)

BAB I
1. Jelaskan 3 tujuan mahasiswa mempelajari IBD !
• *) Supaya bisa lebih memahami apa itu budaya-budaya yang ada di lingkungan masyarakat.
*) Supaya bisa lebih memperluas lagi wawasan mengenai apa itu moral, etika, budi pekerti, akal pikiran, dan sebagainya.
*) Diharapkan setelah mengetahui apa itu Ilmu Budaya Dasar, kita dapat melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Masalah apa yang dipelajari dalam IBD ?
• Masalah tentang budaya-budaya, adat istiadat, akal pikiran, hati nurani, daya hasil cipta karsa&rasa, moral, etika, budi pekerti, perilaku dalam masyarakat baik itu masalah antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.

3. Siapakah yang disebut manusia? Dan apa pula yang dinamakan kebudayaan?
• Yang disebut manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yaitu Adam dan Hawa, dimana mereka masing-masing mempunyai akal pikiran, hati nurani, sikap/perilaku, moral, budi pekerti, kreativitas yang telah dianugerahkan oleh Tuhan untuk dipergunakan dengan baik di kehidupan sehari-hari. Dan kebudayaan itu adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi lainnya.

BAB II
1. Jelaskan pengertian cinta kasih dan kasih sayang !
• Pengertian cinta kasih dan kasih sayang artinya hampir sama yaitu suatu ungkapan perasaan yang tulus dan belas kasihan kepada seseorang yang kita cintai dan kita sayangi. Rasa cinta kasih dan kasih sayang selain ungkapan perasaan juga dilakukan dengan perbuatan/sikap yang benar-benar tulus dari dalam hati.

2. Sebutkan unsur-unsur kasih sayang, bagaimana jika salah satu unsur kasih sayang hilang ?
• Unsur-unsur kasih sayang seperti : saling menghormati;saling menghargai;saling membantu;saling memaafkan;dan sebagainya. Jika salah satu unsur kasih sayang hilang maka rasa sayang itu sedikit demi sedikit sudah hilang/tidak ada rasa lagi dan mungkin suatu hubungan jadi sedikit renggan atau tidak seharmonis seperti biasanya.

3. Menurut Erik From ada 4 syarat untuk mewujudkan cinta kasih. Jelaskan !
• Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Syaratnya
1. Pengenalan : saling mengenal satu sama lainnya, mengenal sifat,sikiap,perilaku,etika,budi pekerti orang yang kita cintai.
2. Tanggung Jawab : Bisa bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan/menaggung resikonya.
3. Perhatian : Saling member perhatian satu sama lain, peduli akan kondisi orang yang kita cintai.
4. Saling menghormati : Sama-sama bias menghormati satu sama lain, tidak bersikapm kurang ajar.

4. Jelaskan pengertian cinta Agape, cinta Philia, cinta Amor, dan Ccinta Eros !
• *) Cinta Agape : Kasih yang lebih cenderung kepadsa keluarga dan Tuhan.
*) Cinta Philia : Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga.
*) Cinta Eros : Cinta yang lebih cenderung kepada romantic,asmara, dan hawa nafsu.
*) Cinta Amor : Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotism, nasionalisme, dan narsisme

5. Apa yang dimaksud defisiensi ?

• Defisiensi : Sesuatu untuk menerima keadaan dan kekurangan dalam diri.


BAB III
1. Jelaskan pengertian keindahan menurut Thje Liang Gie, Plato dan Aristoteles !
• *) Keindahan menurut The Liang Gie : Keindahan adealah ide kebaikan.
*) Keindahan menurut Plato : Watak yang indah danhukum yang indah.
*) Keindahan menurut Aristoteles : Keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.

2. Apa yang dimaksud dengan nilai ekstrinsik dan instrinsik suatu benda ?
• *) Nilai ekstrinsik : Nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal.
*) Nilai intrinsic : Sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut.

3. Apa tujuan manusia menciptakan keindahan ?
• Tata nilai yang telah usang; kemerosotan zaman kemerosotan moral; penderitaan manusia banyak factor yang membuat manusia itu menderita; merupakan keagungan Tuhan melalui keindahan alam semesta dan manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu.

BAB IV
1. Sebutkan sebab-sebab timbulnya penderitaan manusia ?
• *) Sebabnya karena kekurangan ekonomi/tidak mampu.
*) Sebabnya karena penyakit yang parah/tidak sembuh-sembuh.
*) Sebabnya karena banyak maslah yang belum terselesaikan.

2. Sebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan manusia mengalami kekalutan mental !
• *) Penyebabnya karena merasa tidak percaya diri, kuper, tidak pintar sehingga merasa dirinya tidak berguna dan dihina, dikucilkan oleh orang-orang.
*) Penyebabnya karena kurangnya perhatisan dan kesepian.
*) Penyebabnya karena pengaruh teman yang buruk dijerumuskan ke pergaulan bebas.

3. Kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah positif dan negative, jelaskanlah !
• *) Positifnya : Bisa membuat orang yang mengalami kekalutan mental menjadi lebih kuat, tegar, sabar, pantang menyerah dan bias menginteropeksi diri menjadi lebih baik.
*) Negatifnya : Bisa membuat orang tersebut manjadi tidak kuat, putus asa akhirnya mengambil jalan pintas yaitu dengan bunuh diri atau melakukan hal-hal yang buruk/aneh.

4. Tuliskan bentuk-bentuk frustasi. Jelaskanlah !
• *) Orang menjadi nekat *) Melakukan pergaulan bebas.
*) Bunuh diri. *) Bertingkah aneh, murung, pikiran kosong.
*) Menjadi gila/tidak waras.

5. Dilingkungan yang bagaimanakah kekalutan mental banyak terjadi ?
• *) Di kota-kota besar yang banyak memberikan tantangan hidup yang berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
*) Anak-anak usia muda tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendakinya.

BAB V
1. Jelaskan macam-macam keadilan dan sebutkan pengertiannya ?
• *) Keadilan Legal atau Keadilan Moral : Keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum&masyarakat yang membuat dan menjaga kasatuannya.
*) Keadilan Distributif : Keadilan akan terlaksana bilaman hal-hal yang sama diperlakukan secara sama&hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
*) Keadilan Komutatif : Asas pertalian&ketertiban dalam masyarakat.

2. Jelaskan pengertian keadilam menurut Aristoteles, Plato dan Socrates !
• *) Keadilan menurut Aristoteles : Merupakan suatu sikap dan karakter orang tersebut.
*) Keadilan menurut Plato : Diluar kemampuan manusia biasa, diproyeksikan pada diri manusia.
*) Keadilan menurut Socrates : Memproyeksikan kalayakan pada pemerintahan.

3. Sebutkan bermacam-macam aspek sebab orang melakukan kecurangan ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya !
• *) Aspek ekonomi
*) Aspek kebudayaan
*) Aspek peradaban
*) Aspek teknik

BAB VI
1. Sebutkan pengertian pandangan hidup !
• Pendapat/pertimbangan yang dijadikan pedoman, pegangan, arahan, serta menjadi suatu petunjuk hidup manusia.

2. Sebutkan 3 macam klasifikasi pendangan hidup berdasarkan asalnya !
• *) Pandangan hidup berasal dari agama : pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
*) Pandangan hidup yang berasal dari ideology : pandangan hidup yang berasal dari norma&kebudayaan yang berada dalam negara tersebut.
*) Pandangan hidup dari renungan ; pandangan hidup yang relative kebenarannya.

3. Pada dasarnya pandangan hidup memiliki 4 unsur, tuliskanlah ke4 unsur tersebut !
• *) Cita-cita : sesuatu yang diinginkan oleh manusia yang mungkin dicapai melaui suatu usaha.
*) Kebajikan : berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
*) Usaha : perjuangan agar cita-cita yang diinginkan tercapai.
*) Keyakinan/kepercayaan : dasar hidup yang berasal dari akal/kekuasaan manusia.

4. Sebutkan empat factor agar seseorang dapat mencapai cita-cita!
• *) Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya.
*) Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita
*) Faktor tingginya cita-cita.
*) Faktor seseorang menempatkan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya.

5. Untuk mengetahui kebaijkan dari 3 segi tuliskanlah !
• *) Manusia sebagai pribadi yang menentukan baik buruknya adalah suara hati.
*) Manusia sebagai anggota masyarakat yang menentukan baik buruknya adalah suara hati masyarakat.
*) Manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia harus mendengarkan suara hati Tuhan.

6. Sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi tingkah laku seseorang !
• *) Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
*) Faktor lingkungan (environment)
*) Faktor pengalaman yang khas yang pernah diperoleh.

7. Sebutkanlah urutanm langklah-langkah dalam melaksanakan pandangan hidup !
• *) Mengenal pandangan hidup mereka.
*) Mengerti pandangan hidup tersebut dimengerti oleh manusianya sendiri.
*) Menghayati manusia memperoleh pandangan jelas terhadap mereka.
*) Meyakini pandangan hidup tersebut perlu diyakini agar mantab di hati mereka.
*) Mengabdi manusia akan mendapatkan manfaat dengan memiliki pandangan hidup.

BAB VII
1. Sebutkan pengertian tanggung jawab !
• Suatu tindakan atau keadaan wajib menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawaban dan menanggung akibatnya.

2. Tuliskan macam-macam tanggung jawab !
• *) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
*) Tanggung jawab terhadap keluarga
*) Tanggung jawab terhadap masyarakat
*) Tanggung jawab terhadap bangsa/Negara
*) Tanggung jawab terhadap Tuhan

3. Jelaskan pengertian pengabdian !
• Sesuatu hal yang penting dalam menghayati&meyakini sesuatu yang telah dibenarkan&diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.

4. Kepada siapakah itu dilakukan ?
• Pengabdian itu dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hidup kita di dunia tidak akan abadi,semua hanya Tuhan yang tahu dan menentukan kita hidup karena Tuhan dan kita juga pasti kembali kepada Tuhan jika Tuhan sudah memanggil kita.

BAB VIII
1. Jelaskan pengertian kegelisahan !
• Suatu hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan .

2. Sebutkan gejala-gejala seseorang mengalami kegelisahan !
• *) Terlihat cemas/khawatir
*) Terlihat bingung
*) Terlihat bawaannya tidak tenang


3. Menurut Sigmund Freud ada 3 macam kecemasan, tuliskanlah !
• *) Kecemasan Obyektif
*) Kecemasan Neorotis
*) Kecemasan Moril

4. Apa yang menyebabkan orang gelisah ?
• Disebabkan karena mendapat kabar yang masih belum jelas; mempunyai masalah yang belum diselesaikan; mempunyai banyak pikiran; mempunyai penyakit yang tidak kunjung sembuh-sembuh.

5. Jelaskan cara menghilangkan kegelisahan ?
• Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara berdoa; mencari jalan keluar dengan cara usaha; berbagai duka kepada teman, keluarga, saudara atau kerabat lain tentang masalah yang dihadapai untuk bias diberi soulusi; lebih bias bersikap tenang jangan dijadi beban dengan cara nonton , refreshing, dll.

6. Jelaskan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan ?
• Dengan cara mempunyai kegiatan/kesibukan sendiri agar bisa lupa akan masalah sehingga tidak menjadi beban pikiran.

7. Mengapa kita menjadi gelisah ?
• Menjadi gelisah karena banyak masalah yang terus menerus dan iman kita tidak kuat untuk menanggungnya.

8. Jelaskan sebab terjadinya ketidakpastian !
• Karena pikiran kacau, obsesi, phobia, kompulasi, hysteria, delusi, halusinasi, keadaan emosi.

9. Delusi ada 3 macam. Jelaskan !
• *) Schizophrenia : Penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan yang lain.
*) Paranoia : Penyakit “gila kebesaran” atau “gila menuduh orang”.
*) Manicdepressive : Penderita mengalami rasa besar/gembira yang kemudian menjadi sedih/tertekan.

10. Jelaskanla perbedaan delusi dan halusinasi !
• *) Delusi : Satu pikiran salah yang menguasai orang yang diserangnya.
*) Halusinasi : Suatu pikiran yang tidak nyata, berkhayal, hanya perasaan saja.

BAB IX
1. Jelaskan pengertian harapan !
• Keinginan supaya sesuatu terjadi yang mempunyai harapan/keinginanitu hati/keinginan yang belum terwujudkan.

2. Apa persamaan antara harapan dan cita-cita !
• Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud dan sama-sama ingin terwujud; menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.

3. Apa perbedaan cita-cita dengan harapan !
• *) Cita-cita : Keinginan,harapan,tujuan yang selalu ada dalam pikiran, pandangan masa depan&pandangan hidup yang akan dating.
*) Harapan : Keinginan supaya sesuatu terjadi/keinginan yang belum terwujudkan.


4. Jelaskan yang mendorong manusia mempunyai harapan !
• *) Dorongan kodrat : Sifat, bawaan yang sudah ada sejak manusia diciptakan oleh Tuhan.
*) Dorongan kebutuhan hidup : Kebutuhan jasmani missal sndang,pangan,papan
Kebutuhan rohani yaitu adanya kepercayaan manusia terhadap pencipta-Nya.

5. Jelaskan pendapat Abraham Maslow mengenai kodrat harapan manusia !
• *) Kelangsungan hidup(survival) berupa sandang, pangan, papan
*) Keamanan yaitu walaupun secara fisik keadaanya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
*) Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai.
*) Status, status itu penting karena dengan status orang tahu siapa dia, harga diri orang melekat pada status orang itu.
*) Perwujudan cita-cita, manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar diterima atau diakui kehebatannya.
*) Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan/keyakinan akan kebenaran.
*) Kebenaran merupakan focus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.

6. Sebutkan 3 teori kebenaran !
• *) Teori Koherensi
*) Teori Korespondensi
*) Teori Pragmatis

7. Dihubungkan dengan harapan jelaskan maksud pepatah “Seperti Pungguk merindukan Bulan” !
• Artinya seseorang yang mempunyai harapan terlalu tinggi/jauh yang tak akan tercapai/terjadi. Hanya harapan yang sia-sia/tak pasti.

8. Bagaimana cara agar keinginan/harapan dapat terwujud !
• *) Meningkatkan ibadah kita dengan baik.
*) Meningkatkan pengabdian kita kepda masyarakat
*) Menigkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan suka menolong,dermawan,dan lain-lain.
*) Mengurangi nafsu mengumpilkan harta yang berlebihan(serakah)
*) Menekan perasaan yang negative seperti iri, dengki, fitnah, cemburu, pilih kasih, benci, dan sebagainya.